Ketika sedang berada dikantor kemarin, entah itu
candaan atau terlemparnya aku ke masa lalu, ada salah satu temanku yang bertanya
kepadaku, “kamu butuh penghapus kayaknya..” aku heran “maksudmu…” dia sedikit
tersenyum “iya penghapus masa lalu.. haha” disertai derai tawa teman-teman yang
lain… aku hanya menggerutu dalam hati. #Dasar
Iya kalo difikir-fikir temen
dikantorku agak #geblek semua kalo lagi becanda, tapi aku senang berteman
dengan mereka. Semoga pertemanan kita berjangka panjang ya,, semoga.
Gara-gara sindiran itu, aku jadi teringat masa lalu..
Ketika aku masih duduk dibangku
SMP, aku paling senang mengikuti kegiatan sekolah, apalagi ketika menjelang
17san. Dimana setiap siswa sibuk dengan aktivitasnya masing-masing, paskibra,
drumband, olahraga, kesenian, dan lain-lain. Sekolah SMPku terletak diujung
kecamatan. Sehingga jika akan ada festival besar kita semua ramai-ramai menuju
kecamatan. Dikecamatan ternyata lahannya tidak cukup untuk mengadakan upacara
bendera 17san. Akhirnya upacara 17san
selalu dilakukan dilapangan sepakbola yang jaraknya lebih jauh dari kecamatan.
Aku masih kelas 1 SMP waktu itu,
aku selalu takjub dengan kakak kelasku dulu, ketika melihat mereka sedang
latihan menaikan sang saka merah putih yang akan dikibarkan untuk acara 17san
nanti. Postur tubuh pasukan paskibra yang tinggi, kulit mereka yang awalnya
coklat sawo matang kini setelah latihan sebulan kulit mereka lebih menghitam
lebih matang dari sawo matang. Perjuangan setelah berlatih selama sebulan full.
Aku suka dan ingin sekali seperti mereka.
Ketika aku melihat pasukan
drumband, aku lebih tertarik lagi dengan mereka. Drumband lebih sederhana daripada
marchingband, drumband tidak begitu lengkap alatnya seperti marchingband, hanya
ada snare, kuarto tom-tom, bellyra, symbal dan stick majorette. Tidak ada
terompet, apalagi baritone. Tapi aku
tetep takjub dengan mereka pada waktu itu. Walaupun mereka hanya memainkan
lagu-lagu kemerdekaan dan lagu daerah Tapi menurutku diwaktu itu mereka sangat
cool, mereka berjuang membawa alat-alat drumband masing-masing dari mulai snare,tom-tom
yang paling kecil sampai dengan Bass yang paling besar setinggi orang yang
membawanya, wow, amazing deh. Aku tidak pernah terbayang betapa capeknya mereka
berjalan mengelilingi lapangan luas dengan membawa alat-alat drumband sebesar
itu. Yang paling ringan diantara semua pembawa drumband itu menurutku hanya
majorette dan pembawa symbal.
Majorette dengan stick
majorettenya berjalan memimpin pasukan drumbandnya, dan symbal yang hanya
berbunyi sekali setiap snare berhasil mengetuk ritmis sampai selsai. Cukup mudah
menurutku daripada alat yang lainnya. Dan pada waktu itu hanya satu alat yang
diberikan kesempatan kepada adik kelas satu untuk bisa ikut pasukan drumband,
deg aku ingin! Alat apapun itu, aku ingin ikut pasukan drumband. Aku masih
kelas 1 dan masih baru sekali masuk kedunia mereka. Tapi, Apakah aku berhasil
masuk dalam pasukan itu? Sayangnya “tidak”
Lalu siapa adik kelas satu yang
berhasil masuk pasukan drumband impianku itu? Ternyata “dia” teman kecilku.
Sebut saja Davi. Dan ternyata alat yang mereka beri kesempatan kepada adik
kelas meraka adalah “symbal”.
“Cisss… cisss… “ Suara yang dikeluarkan symbal
berdesis kencang. Lucu sekali davi kecil membawa symbal ditengah-tengah pasukan
drumband lain. Kita teman-teman sekelasnya tertawa riang melihat dia berhasil
masuk pasukan itu walaupun tugasnya hanya mengeluarkan bunyi ciss dari symbal. Hebat.
Yang paling aku bangga ketika
menghadapi 17san adalah sesosok pelatih paskibra yang tegas. Namanya adalah
bapak syamsi. Beliau ketika melatih pasukan paskibra sangat disiplin, rapi, dan
bersih. Guru paskibraku sekaligus bapak pramukaku dulu adalah orang yang luar
biasa bagiku. Beliau selalu menerapkan kedisiplinan waktu latihan, siapa saja
yang tidak disiplin akan kena hukuman. Hukumannyapun mendidik, tidak ada
kekerasan atau apapun yang membuat murid trauma. Tapi membuat murid hormat dan
menjadi lebih baik. Maka tak ayal ketika aku SMP dulu semua aktivitas
ekstrakulikuler yang melibatkan beliau menjadi leader akan aku ikuti, seperti
paskibra, pramuka, volley ball, basket ball, running, semua aku ikuti selama
beliau yang melatih.
Hari H.. 17 agustus 2003
Aku bersama teman-teman sekelas berbondong-bondong
menuju lapangan upacara. Menjadi pasukan upacara waktu itu, panas menyengat,
rasa nasionalisme muncul setiap bendera sudah akan mencapai puncak tiang
tertinggi waktu itu. Mungkin bagi para pasukan paskibra waktu itu mereka
merasakan dag dig dug yang luar biasa cemas apakah sang saka berhasil tepat di
atas beriringan dengan lagu Indonesia raya. Selalu. Selalu cemas pastinya. Tapi
tidak menyiratkan hal demikian diwajah mereka. Tetap optimis dan tidak susut
semangat. Selalu diingatkan dengan tokoh-tokoh pahlawan kemerdekaan yang
berhasil membebaskan Indonesia dari penjajahan. Mereka lebih berjuang, mereka
lebih nerdarah-darah dibandingkan kita sekarang. Kita sekarang tidak ada
apa-apanya dibandingkan pengorbanan pahlawan terdahulu. Tapi kita selalu ingin
memberikan yang terbaik untuk Indonesia.
Ada yang menarik dari teman
kecilku yang lain, sebut saja dia baim. Baim itu cewek, tapi pertama bertemu
dia memang sudah seperti cowok. Sampai sekarangpun sama, bahkan lebih parah. Ketika
selsai upacara bendera aku melihat baim melihat-lihat jajanan dipinggir jalan. Sepertinya
dia tidak punya banyak teman cewek waktu itu. Aku tegur dia “hey im.. ke
festival korsel yuk..” ..”ogah ah.. gue mau kelapangan lagi bareng temen-temen
cowok gue..” , “okelah..” jawabku santai.
Baim enggan berteman dengan cewek-cewek
disekolah. Aku saja yang tomboy ga kayak baim amat, dia berani menaruh ulat
berbulu lebat ditangannya sambil menunjukannya padaku waktu itu.. “dari mana
kamu mendapatkan ulat bulu itu? Apa ga gatal-gatal tu tangan” tanyaku, dia
jawab santai “engga ko.. liat ulat itu mulai berjalan ditanganku..” sambil nyengir.
Aku melongo heran. Kok bisa tidak gatal.
Teman kecilku yang lain sangat
nakal saat dikelas. Tapi ketika 17san itu aku jarang melihat mereka berada
dilapangan. Kabur. Tidak mengikuti
upacara bendera, dan kemungkinan besar mereka kefestival korsel, naik wahana
yang ada disana atau masuk rumah hantu, atau mungkin jajan aromanis dan
lainnya. Entahlah yang pasti momen 17san masa kecilku sungguh bermakna, rasa
nasionalime muncul dari sini.
17 agustus 2003 aku bahagia
karena pada saat itu aku sudah mulai merancang perjuanganku ke depan dengan
teman-teman kecil, guru dan sekolahku.
By. Bluegreensee
(Ikut ngeramein 17 Agt 2015 besok
yang ke 70)
DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA
0 komentar:
Posting Komentar