Siang ini saya membuka folder
musik nasyid Arroyan. Ketika saya klik mp3 berjudul ibu, ingatanku langsung
melayang kepada kenangan 2 minggu yang lalu. Ketika ibu membuatkan menu buka
shaum syawal di rumah, kampung halaman.
Menu-menu yang ibu masak selama
saya dikampung halaman adalah apa yang saya mau. Dan bingo! Hasil masakan
seorang ibu memang bisa membuat hati seorang anak meleleh. Apalagi saya
termasuk orang yang tidak hidup satu atap bersama ibu lagi setiap harinya.
Ketika bulan ramadhan pun saya tidak bisa mencicipi menu
buka shaumnya ibu. Tapi alhamdulillahnya setelah idul fitri kita langsung shaum
syawal bareng jadi momen ramadhan kala masih anak sekolahan dulu terulang kembali.
Sayur sop, capcai, ikan asin, sambal ijo, daging ayam, cumi goreng, pete. Sederetan menu makanan yang sering ibu sajikan kala kita shaum bareng.
Sayur sop, capcai, ikan asin, sambal ijo, daging ayam, cumi goreng, pete. Sederetan menu makanan yang sering ibu sajikan kala kita shaum bareng.
Ketika aku kembali ke perantauan pun ibu masih sempet aja masakin ikan teri kering yang lumayan awet beberapa hari buat di kosan. Ketika menulis ini pun saya sedang makan siang nasi putih (beras kiriman ibu) dan ikan teri balado dari ibu.
“Aku tidak ingin lama-lama denganmu ibu.. karena aku tidak ingin
menangis lagi di sini.. diperantauan”
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun . Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Qs. Luqman : 14)
Aku, bapak, adik 3, ibu, adik 2 (Idul Fitri 2017) |
ilustrasi ikan teri buatan ibu. sumber http://www.justtryandtaste.com |